Banyak petani dan pekebun belum memahami cara membuat kompos yang benar.
Mereka mengira kompos yang sudah hitam dan rapuh langsung bisa menjadi pupuk.
Faktanya, kompos mentah belum dapat diserap tanaman sebelum melalui proses penguraian lanjutan.
Unsur hara seperti Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K) dalam kompos harus diurai mikroba menjadi bentuk ion.
Tanpa proses ini, kompos hanya berperan sebagai pembenah tanah, bukan penyuplai nutrisi.
Kesalahan pemahaman inilah yang sering membuat hasil kompos terasa tidak efektif.
Banyak produk kompos di pasaran gagal menjadi pupuk karena proses penguraiannya tidak tuntas.
Pupuk vs Pembenah Tanah
Perbedaan utama terletak pada ketersediaan unsur hara bagi tanaman.
Pupuk telah mengandung ion-ion siap serap yang langsung dimanfaatkan tanaman.
Sementara kompos biasa memerlukan waktu 2 minggu hingga 1 bulan untuk terurai di tanah.
Proses alami ini bergantung pada populasi mikroba lokal yang tidak selalu optimal.
Pengomposan dengan Mikroba Unggul
Inovasi terbaru dalam dunia pengomposan adalah penggunaan mikroba khusus pengurai.
Mikroba unggul seperti Mikroba QRR mampu memangkas waktu penguraian secara signifikan.
Dengan teknologi ini, bahan organik dapat terurai menjadi ion hanya dalam 18 hari.
Hasilnya adalah pupuk organik instan yang siap diserap tanaman.
Rasio C/N 30:1
Kunci keberhasilan pengomposan terletak pada pengaturan rasio Carbon dan Nitrogen.
Bahan kering seperti dedaunan kering, sekam, dan serbuk gergaji termasuk sumber Karbon.
Sementara bahan basah seperti sisa sayuran, buah-busuk, dan kotoran hewan merupakan sumber Nitrogen.
Penting dicatat bahwa kotoran hewan kering tetap dikategorikan sebagai nitrogen.
Rasio ideal yang harus dicapai adalah 30:1. Artinya, untuk setiap 1 kg bahan basah, dibutuhkan 3 kg bahan kering.
Alat-alat:
-
Timbangan digital
-
Wadah besar untuk pencampuran
-
Sekop atau alat pengaduk
-
Sprayer atau penyiram
-
Wadah tertutup untuk fermentasi
-
Sarung tangan
Bahan-bahan:
-
3 kg bahan kering (daun kering, sekam, serbuk gergaji)
-
1 kg bahan basah (sisa sayuran, buah-busuk, kotoran hewan)
-
50 ml larutan mikroba atau Mol
-
5 liter air
-
Bekatul secukupnya (opsional)
Cara Membuat:
-
Siapkan semua bahan dan alat yang diperlukan. Pastikan timbangan sudah dikalibrasi dengan benar untuk mendapatkan takaran yang akurat.
-
Timbang bahan kering sebanyak 3 kg dan bahan basah sebanyak 1 kg. Usahakan bahan sudah dicacah menjadi potongan kecil untuk mempermudah proses penguraian.
-
Campurkan bahan kering dan bahan basah dalam wadah besar. Aduk secara merata hingga kedua jenis bahan tercampur sempurna.
-
Encerkan 50 ml larutan mikroba dengan 5 liter air. Aduk hingga tercampur rata.
-
Siramkan larutan mikroba secara merata ke campuran bahan. Sambil disiram, aduk terus agar kelembaban merata.
-
Periksa kelembaban media dengan mengepal adonan. Jika sudah lembab tetapi tidak mengeluarkan air ketika dikepal, berarti kelembaban sudah tepat.
-
Masukkan campuran ke dalam wadah tertutup. Tutup rapat dan simpan di tempat teduh selama 18 hari.
-
Setelah 18 hari, buka wadah dan periksa kompos. Kompos yang sudah jadi akan berwarna gelap, bertekstur remah, dan berbau tanah.
Kesimpulan
Kompos pada dasarnya adalah pembenah tanah yang suatu saat akan menjadi pupuk.
Nilai tambahnya terletak pada kemampuannya memperbaiki struktur tanah secara berkelanjutan.
Untuk hasil terbaik, selalu gunakan aktivator pengomposan yang terbukti efektif.
Tambahkan bekatul sebagai sumber makanan mikroba untuk mempercepat proses.
Ingin melihat proses lengkap dan visualisasi yang lebih jelas?
Tonton video tutorial lengkapnya di channel YouTube kami melalui link berikut:
Dengan memahami konsep ini, Anda tidak hanya membuat kompos, tetapi menciptakan pupuk organik berkualitas tinggi yang benar-benar efektif untuk tanaman.