Setiap daerah memiliki kondisi tanah yang berbeda-beda (lempung, gambut, berpasir, dll.), sehingga konsep di satu tempat mungkin tidak bisa diterapkan di tempat lain.
Pentingnya Penyesuaian Pupuk:
- Tanah Masam: Unsur seperti Al dan Fe mengikat pupuk sehingga tidak tersedia bagi tanaman.
- Tanah Basa: Unsur seperti Ca dan Mg mengikat pupuk, terutama dolomit, sehingga pospat hilang dan tidak terserap tanaman.
Konsep KP2M:
- Pupuk harus bisa larut dan diubah menjadi ion kation dan anion agar bisa langsung diserap tanaman, terutama di lahan yang berbeda karakteristiknya.
- Penting untuk mengetahui kondisi tanah (asam atau basa) sebelum menerapkan pupuk, untuk memastikan pupuk tidak terikat dan bisa diserap tanaman.
Peran Mikroba:
- Mikroba, seperti bakteri pseudomonas dan jamur aspergillus, dapat membantu melarutkan pospat dan kalium, sehingga tersedia bagi tanaman.
- Namun, mikroba di alam sering kali tidak optimal karena polusi yang mengganggu fungsinya.
Petani harus memahami kondisi tanah mereka dan menggunakan konsep yang tepat agar unsur-unsur seperti pospat dan kalium bisa terlarut dan terserap tanaman, memastikan hasil yang maksimal.
3 Versi Pupuk Generatif by Ayah Manjel
Pupuk Generatif V1
Bahan (Untuk 50 Liter) :
- Bahan Pospat (Pilih salah satu):
– Gedebog/Batang Pisang basah 25 kg. Pastikan tidak berasal dari pisang yang sakit. Hindari batang dengan tanda-tanda coklat kehitaman, berlendir, dan bau busuk.
– Kulit Nenas.
– Daun-daun kering yang jatuh sendiri dari pohon.
– Daun Kelor.
– Kotoran Puyuh 1 kg.
– Kotoran Kelelawar 1 kg.
– Kotoran Ayam Petelur 3 kg. - Kulit Pisang 5 kg, bisa tua atau muda.
- Air Cucian Beras (Minimal 20 liter, bisa dadakan atau maksimal 1 minggu asal tidak bau busuk).
- Air Kelapa 3 liter, bisa dadakan atau maksimal 1 minggu asal tidak bau busuk.
- Terasi Udang 1 kg, bukan terasi biasa.
- QRR (Pilih salah satu):
– QRR Pengembangan 50 ml.
– QRR21 2 tutup botol. - Gula Aren 1/4 kg.
Cara Membuat:
- Cacah halus batang pisang tua atau yang sudah berbuah.
- Masukkan semua bahan ke dalam wadah.
- Aktifkan QRR dengan gula aren selama 1 jam atau sehari semalam.
- Biarkan ruang kosong sekitar 10% dalam wadah.
- Fermentasi selama 21 hari agar semua elemen berubah menjadi kation. Kurang dari 21 hari, ada yang belum jadi kation, lebih dari 21 hari kualitasnya akan menurun.
- Ciri-ciri fermentasi yang berhasil adalah bau wangi seperti wine.
Dosis:
- 250 ml/15 liter (Spray).
- 500 ml (Kocor).
- 500 ml (Kocor):
– Per pohon kecil-kecil: 1 gelas untuk kocor.
– Pohon 1 tahun: 1 liter untuk kocor.
– Pohon 1-3 tahun: 3 liter untuk kocor.
– Pohon 3-5 tahun: 5 liter untuk kocor. - Untuk Hidroponik: Tambahkan 1 kg daun kelor ke dalam larutan, selain gedebok pisang. Lebih baik lagi jika menambahkan 3 butir telur untuk 50 liter larutan.
Catatan Tambahan:
- Setelah fermentasi 21 hari, buka tutup wadah sehari semalam dan tutup kembali dengan kain untuk mencegah binatang masuk. Lalu tutup rapat kembali.
- Jika menambahkan air cucian beras, lakukan proses yang sama (masukkan dan tutup kembali).
- Yang menghilangkan residu adalah QRR, bukan pupuknya.
Pupuk Generatif V2
Bahan (Untuk 100 Liter) :
- Pilih Salah Satu Pukim:
Pupuk Tunggal:
– Urea 1 kg
– SP46 2 kg (jika pakai SP36, gunakan 3 kg)
– KCL 5 kg (KCL Jerman)
Pupuk Majemuk:
– DAP 1 kg
– MKP 2 kg
– KCL 5 kg - Boron 1 kg
- Kalsium 90% 2 kg + MgSO4 1 kg (atau Dolomit 10 kg)
- Pilih Salah Satu Daun-daunan:
– Daun Kelor 2 kg
– Daun Kipait 5 kg
– Krokot Merah 2 kg
– Krokot Hijau 5 kg - Air Cucian Beras 20 liter
- Air Kelapa 5 liter
- QRR21, cukup 20 ml
- Gula Aren 1/2 kg
Cara Pembuatan:
- Haluskan dan campur semua bahan.
- Fermentasi selama 18 hari.
- Setelah fermentasi, buka tutup wadah selama sehari semalam (gunakan kain untuk mencegah binatang masuk).
- Tutup kembali wadah dengan rapat.
Dosis:
- Spray: 250 ml/15 liter air.
- Kocor: 500 ml/15 liter air.
Frekuensi Penggunaan:
- Kocor setiap 5 hari sekali dapat meningkatkan jumlah panen:
- Cabe bisa dipetik hingga 16 kali.
- Timun bisa dipetik hingga 46 kali.
Waktu Penggunaan:
- Kocor dilakukan pada sore hari.
- Spray dilakukan pada pagi hari antara jam 6-9.
Catatan Tambahan:
- Sebelum melakukan kocor atau spray, basahi tanah terlebih dahulu (sehari sebelumnya atau beberapa jam sebelumnya).
- Jika menggunakan QRG Granule 1 kg, tidak perlu menambahkan bahan lain karena sudah lengkap.
Pupuk Generatif V3
Bahan (Untuk 200 liter):
Tanaman Tidak Sekali Panen (N 1, P 2, K 3), Contoh: Cabe, tomat, terong, timun, dll.
- Pilih Salah Satu:
– Urea 1 kg atau Za 1 kg
– Pospat SP46 2 kg
– KCL 3 kg - Pilih Salah Satu:
– Kalsium 90% 1 kg dan MgSO4 1 kg
– Dolomit 10 kg - Boron 1 kg
- Sisanya air biasa hingga mencapai 200 liter
- QRR21 30 ml
Tanaman Sekali Panen (N 1, P 3, K 5), Contoh: Padi, melon, jagung, dll.
- Pilih Salah Satu:
– Urea 1 kg atau Za 1 kg
– SP46 3 kg
– KCL 5 kg - Pilih Salah Satu:
– Kalsium 90% (2 kg) dan MgSO4 (1 kg)
– Dolomit 10 kg - Boron 1 kg
- Air leri 20 liter (opsional, untuk meningkatkan bobot dan tingkat kemanisan)
- Sisanya air biasa hingga mencapai 200 liter
- QRR21 30 ml
Cara Membuat:
- Campurkan semua bahan dalam satu wadah berkapasitas 200 liter.
- Masukkan QRR yang sudah diaktifkan.
- Fermentasi selama 24 jam, pastikan ada ruang kosong sebesar 10% dalam wadah.
Dosis Penggunaan:
- Spray atau kocor tidak perlu menambah air lagi, larutan bisa langsung digunakan.
- Tanaman Hortikultura: Kocor 200-250 ml per pohon setiap sepuluh hari sekali.
- Tanaman Buah-Buahan (keras):
– Umur sampai 1 tahun: Kocor 1 liter per pohon setiap bulan.
– Umur 1-3 tahun: Kocor 3 liter per pohon setiap bulan.
– Umur 3-5 tahun: Kocor 5 liter per pohon setiap bulan.
Catatan:
- Air leri tidak bisa digantikan oleh air lainnya karena mengandung zat khusus.
- Jika fermentasi melebihi 24 jam, sebaiknya gunakan formula V2 agar tidak rugi.
- 200 liter larutan ini cukup untuk 1.000 pohon melon.
- QBRV atau booster sebaiknya dipisah dari pupuk, spray tersendiri.
- Jika pakai QRG cukup 1 kg.
- Hasilnya akan optimal jika SOP tanaman diikuti sesuai dengan jenis tanaman.
- Cobalah pada skala kecil terlebih dahulu. Jika berhasil dalam tiga musim (musim panas, musim hujan, dan musim peralihan), baru diterapkan pada skala yang lebih luas.